Portal Islam

Portal Islam

Rujukan Berita Islam Terbaru Hari Ini

Apr 20, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Yuk Kita Pahami Makna Ikhlas dalam Hidup Agar Terhindar dari Sikap Ujub

Ikhlas berasal dari Bahasa Arab dengan berasal dari kata خلص yang dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah karya Ibnu Farisyang diartikan sebagai mengosongkan sesuatu dan juga membersihkannya. Kata ikhlas juga merupakan masdar dari kata آخلص yang berarti murni, bersih, jernih, selamat, memisahkan diri, dan pembersihan sesuatu. Naisha kali ini akan mengulas makna ikhlas dalam hidup.

Makna Ikhlas dalam Hidup

Kata ikhlas beserta derivasinya telah disebutkan sebanyak 31 kali di dalam Al-Quran. Selain itu ikhlas juga diulang sebanyak 2 kali pada kata akhlasa dengan pelaku yang berbeda, kemudian di sebutkan sebanyak 20 kali pada kata mukhlis/mukhlisin/mukhlisun, 1 kali pada kata khalasa, lalu sebanyak 7 kali pada kata khalish/khalishah, dan 1 kali pada kata astakhlishu. Banyaknya penyebutan kata ikhlas beserta derivasinya mungkin bertujuan agar umat muslim dapat menjadi manusia yang bisa ikhlas dalam hal apapun.

Naisha akan mengulas makna kata Ikhlas di dalam al-Quran yang setidaknya dapat dikategorikan dalam lima macam, yang tentunya dapat kita maknai dalam hidup, berikut selengkapnya :

Pertama adalah kata ikhlas yang memiliki makna al-ishthifaa’ (pilihan). Allah berfirman:

إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat”. (Q.S. Shaad : 46).

Menurut Ibn al-Jauzi yaitu dalam ayat tersebut Allah SWT telah memilih mereka dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang suci.

Kedua adalah kata ikhlas yang bermakna al-khuluus min as-syawaa’ib (suci dari segala macam kotoran). Sebagaimana firman Allah di bawah ini:

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

Artinya: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”. (Q.S. an-Nahl : 66).

Ayat tersebut membahas tentang susu bersih yang berada di perut binatang ternak, meskipun pada awalnya bercampur dengan darah dan kotoran. Namun pada akhirnya susu tersebut  akan tetap bersih, murni, dan tentunya dapat dikonsumsi oleh masyaralkat.

Ketiga adalah kata iklas yang memiliki makna al-ikhtishaash (kekhususan). Sebagaimana firman Allah berikut ini:

قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian (mu), jika kamu memang benar. (Q.S. al-Baqarah 94).

Dalam ayat tersebut Quraish Shihab berpendapat bahwa apabila kalian menganggap bahwa Allah SWT akan memberi kekhususan pada kalian di antara manusia-manusia lain dengan kenikmatan surga setelah mati. Dan apabila kalian benar-benar mengimani apa yang kalian katakan itu, maka jadikanlah kematian sebagai sesuatu yang kalian inginkan.

Keempat adalah kata ikhlas yang memiliki makna at-tauhid (mengesakan). Allah SWT telah berfirman:

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ

Artinya: Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)”. (Q.S Al-A’raf: 29).

Ikhlas dalam ayat tersebut bermakna perintah untuk selalu mengesakan Allah SWT dalam hal beragama, tentunya dengan kita beribadah, dalam berdoa dan melakukan kegiatan taat lainnya harus dikerjakan semata-mata karena Allah SWT; bukan karena yang lainnya.

Kelima adalah kata ikhlas berarti at-tathhir (pensucian). Sebagaimana firman-Nya:

إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Artinya: kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka. (Q.S Al-Hijr: 40)

Ayat di atas menunjukkan kepada orang-orang yang hatinya telah disucikan oleh Allah SWT dari segala noda dan dosa sehingga mereka menjadi seorang hamba Allah SWT yang bersih dan sebagai kekasih pilihan-Nya.

Cara Meraih Keikhlasan dan Memaknai Ikhlas dalam Hidup

Keikhlasan bukan hanya tentang kita menerima kebaikan dalam hati saja, namun juga tentang bagaimana cara membuat kita mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,

Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.” (HR. An Nasai).

Akan tetapi perlu kita ingat bahwa menghadirkan rasa ikhlas dalam hati bukanlah suatu perkara yang mudah. Berikut adalah beberapa cara meraih keikhlasan yang dapat membantu meningkatkan rasa ikhlas dalam hati dan juga dapat mengimplementasikannya dalm hidup.

Perbanyaklah Berdoa

Cara yang pertama untuk dapat menolong seorang hamba agar hatinya dapat ikhlas adalah dengan bcara berdoa kepada Allah SWT. Kita dapat meneladani bagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, salah satunya adalah beliau memanjatkan doa berikut ini.

Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad).

Menyembunyikan Amal Kebaikan

Kemudian cara lain yang dapat kita upayakan agar mendapat lebih banyak keikhlasan adalah dengan menyembunyikan berbagai kebaikan yang telah kita lakukan. Karena orang lain kadang tidak perlu tahu kebaikan apa yang telah kita perbuat. Hal ini agar kita terhindar dari riya’ dan iri dengki.

Rasulullah SAW bersabda,

Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).

Memandang Rendah Amal Kebaikan

Di antara bencana yang dialami seorang muslim adalah pada saat ia merasa ridha dengan segala amal kebaikan yang telah ia lakukan. Tapi sering kali pada akhirnya amalan tersebut dapat menyeretnya kita ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang kemudian justru dapat merusak keikhlasan di dalam hatinya.

Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang pernah dilakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dalam amalan yang telah ia perbuat. Pahalanyapun juga dapat terkikis habis karena ujub.

Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”

Semoga kita dapat menjadi seorang hamba yang ikhlas dalam melakukan amal perbuatan dan juga dihindarkan dari sikap ujub. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here