Muamalah

Muamalah

Portal Islam

Mar 28, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang
Breaking

Kiamat Energi di Eropa Pada Musim Dingin

Ilustrasi nasib Eropa di musim dingin

Maksud hati mau menggertak rusia

Apa daya pasokan energi distop oleh mereka

Musim dingin pun hampir tiba

Bagaimana nasib masyarakat eropa nantinya…?

Rusia dan pembatasan pasokan gas

Eropa tengah dilanda krisis.

Pasokan gas Eropa yang sebagian besar dari Rusia – saat ini kembali terhenti. Raksasa perusahaan energi Rusia, Gazprom berdalih — bahwa pipa gas Nord Stream 1 — yang menyalurkan gas ke sebagian besar negara Eropa – mengalami kebocoran.

Oleh karena itu, Gazprom pun menutup sementara pipa gas Nord Stream 1 — sejak 31 Agustus 2022 yang lalu. Rencananya, pipa gas tersebut akan dibuka lagi pada 4 September.

Namun kabarnya Gazprom menunda rencana tersebut. Alhasil, sebagian besar negara Eropa harus menerima kenyataan putusnya pasokan gas dari negaranya Vladimir Putin itu.

Sebelumnya, Rusia menuding gangguan yang dialami oleh jaringan pipa gas tersebut tidak terlepas dari kesalahan Uni Eropa. Pasalnya, akibat sanksi yang diberikan oleh Uni Eropa, perusahaan pihak ketiga yang melakukan pemeliharaan rutin terhadap peralatan gas tersebut – yakni Siemens Energy – tidak bisa melakukan tugasnya.

Asal tahu saja, jaringan pipa gas Nord Stream 1 merupakan kunci bagi pasokan gas ke Eropa. Pada tahun lalu, jaringan pipa tersebut berkontribusi sebesar 35 persen terhadap total pasokan gas dari Rusia ke Eropa.

Sejak Juni lalu, Gazprom sebenarnya telah memangkas pasokan gas melalui Nord Stream 1 menjadi hanya 20 persen dari kapasitasnya. Pada saat itu Gazprom menyatakan, hal itu disebabkan oleh hilangnya turbin yang disebabkan oleh sanksi ekspor Barat.

Konflik Rusia – Ukraina

Perang Rusia di Ukraina sejak 24 Februari telah mendorong kenaikan harga energi yang cukup tajam. Tidak hanya itu, stok energi di Eropa juga tengah terancam, apalagi dengan penghentian pasokan gas Rusia yang kini terjadi.

Tentunya ini merupakan kabar buruk bagi masyarakat Eropa, yang dalam beberapa bulan ke depan akan menyambut musim dingin. Tentunya “kiamat energi” Eropa akan terasa nyata menghampiri mereka. Masyarakat bisa saja akan “berebut” jatah energi yang terbatas, demi menghadapi musim dingin yang tiap tahun melanda.

Sebelumnya,  Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah mengatakan kepada Eropa — untuk menghadapi musim dingin yang sulit — karena serangan Rusia di negaranya – yang menyebabkan pemotongan ekspor minyak dan gas oleh Moskow.

Beberapa analis mengatakan, kekurangan dan lonjakan biaya hidup saat musim dingin — mendekati risiko melemahkan dukungan Barat untuk Kyiv — ketika pemerintah mencoba menangani masyarakat yang tidak puas.

Artinya, mungkin saja negara-negara Barat – terutama di Eropa — akan mulai berkompromi dengan Rusia – dalam hal pengurangan sanksi ekonomi. Hal itu tak lepas demi terjaminnya pasokan gas ke negara-negara Eropa yang sangat ketergantungan dengan Rusia.

Jerman adalah negara Eropa yang paling terdampak akan pembatasan energi dari Rusia. Pasalnya sebagian besar impor gas Jerman adalah dari Rusia.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa pemerintahnya telah merencanakan penghentian total pengiriman gas pada bulan Desember nanti, menjanjikan langkah-langkah untuk menurunkan harga dan mengikat manfaat sosial dengan inflasi.

“Rusia bukan lagi mitra energi yang dapat diandalkan,” kata sang Kanselir dalam konferensi pers di Berlin.

Negara Eropa yang lain pun tampaknya mulai merencanakan “Plan B”, agar tidak bergantung lagi pada gas Rusia. Apakah mereka akan berhasil?

Pelajaran yang bisa diambil

Melihat dari resiko bakal terjadinya “kiamat energi” di Eropa, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian tersebut, seperti:

1. Jangan bergantung impor di sektor essensial – dari satu negara saja. Alangkah baiknya “diversifikasi” impor dari beberapa negara, guna mengantisipasi jika terjadi konflik dengan negara yang mengekspor.

2. Sebelum memberikan “sanksi berat” ke negara lain, pertimbangkan segala resikonya, apakah sepadan atau tidak. Jika resikonya lebih besar menimpa ke negara sendiri, alangkah baiknya agar “sanksi berat” tersebut diturunkan ke “sanksi ringan”. Atau bisa saja untuk tunda dulu dalam memberikan sanksi.

3. Menyiapkan “plan B” untuk membangun sumber daya sendiri – terutama di bidang energi, agar tidak melulu bergantung pada impor. Ada banyak sumber energi yang bisa dimaksimalkan, misalnya sumber energi matahari, ataupun sumber energi terbarukan lainnya.

Nah itulah dia, ulasan tentang resiko besar “kiamat energi” di Eropa, terutama menjelang musim dingin di tahun ini. Semoga saja masyarakat Eropa bisa bertahan menghadapinya, dan pemerintah negara-negara Eropa memiliki langkah cadangan untuk bisa mengantisipasinya.

Dan satu lagi, semoga perang Rusia dan Ukraina bisa segera berakhir, agar krisis ini juga berakhir.  Kita doakan saja !!

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here